DiIndonesia alamatnya: Postulat St Carolus Jl. Gejayan CT X/26 Santren Yogyakarta 55281 Telepon: +62 274 518837 E-mail : mmarmi@ Sr Mariati, CB. Novisiat St. Carolus Jl. Gejayan CT X/26 Santren, Yogyakarta 55281 Telepon: +62 274 518832 E-mail: suster_maria76@yahoo.com Formator: Sr. Emmanuella, CB. Selamat berkenalan lebih
TranslatePDF. f International Standard Serial Number: 0125 -913X Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma Daftar Isi : Artikel : 3 Pengantar Farmakokinetika 8 Farmakokinetika Klinik 13 Monitoring Kadar Terapeutik Obat 18 Ketersediaan Hayati Obat 21 Pengukuran Klirens Ginjal Obat 26 Teknik Analisis Obat Dalam Cairan
PERJALANANwaktu yang panjang telah menghantarkan para suster OSF Semarang tiba pada Perayaaan Jubileum 150 Tahun hadir di Indonesia.. Sejak kedatangan para misionaris pertama pada tanggal 5 Februari 1870 hingga saat ini, para suster telah memberikan pelayanan dalam bidang kesehatan, pendidikan, sosial, dan bidang karya lain di Tanah Misi Indonesia.
Vay Tiền Nhanh. 9 episodes Suster CB Indonesia, melayani dengan kharisma Bunda Pendiri, Bunda Elisabeth Gruyters, Cinta Tak Bersyarat dan Berbela Rasa kepada Yesus yang Tersalib, di bawah lindungan St. Carolus Borromeus Suster CB Indonesia, melayani dengan kharisma Bunda Pendiri, Bunda Elisabeth Gruyters, Cinta Tak Bersyarat dan Berbela Rasa kepada Yesus yang Tersalib, di bawah lindungan St. Carolus Borromeus SEP 4, 2020 Sharing dari Garda Depan RS Sint Carolus Sharing dari Garda Depan RS Sint Carolus Pengalaman St. Carolus Borromeus menghadapi wabah pes 5 abad yll menginspirasi Sr. Dorothea, perawat RS Sint Carolus. Demi mereka yang sedang berjuang, mari kita taati protokol kesehatan. JUN 29, 2020 Memaknai Kematian Menyemai Kehidupan Memaknai Kematian Menyemai Kehidupan Sebuah Renungan Peringatan Wafatnya Bunda Elisabeth Gruyters ke-156, 26 Juni 2020. Renungan St. Yetty CB, disuarakan oleh Sr. Tekla CB JUN 22, 2020 Biarkan Kole-kole Terus Melaju Biarkan Kole-kole Terus Melaju Kisah seorang suster yang bertugas di asrama, mengantar anak asramanya menemui ibunya yang tiada kabar. Ternyata ibunya sakit dan tak mampu lagi membiayai sekolah anaknya. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Haruskah anak ini dikeluarkan dari asrama? JUN 22, 2020 Zoom Sharing Panggilan - 3 Mei 2020 Zoom Sharing Panggilan - 3 Mei 2020 Ingin tahu bagaimana kisah para suster menjawab panggilan Tuhan, atau ingin tahu jawaban-jawaban para suster atas pertanyaan-pertanyaan OMK tentang panggilan MAY 27, 2020 Solidaritas Suster CB dalam Pandemi Covid-19 Solidaritas Suster CB dalam Pandemi Covid-19 Surat Edaran Paskah 2020 Bangkit, Bersaudara dan Bersolidaritas dan Komitmen CB dalam Solidaritas Covid-19 oleh Sr. Yustiana CB Top Podcasts In Religion & Spirituality
Pimpinan Suster CB Indonesia Yustiana Wiwiek Iswanti saat peluncuran buku Berlayar ke Tanah Misi dan Semaian Iman Sebaran Pengabdian di Aula Syantikara, Sabtu 6/10/2018. - Harian Jogja/Salsabila Annisa Azmi JOGJA-Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB Hadir di Indonesia bertajuk Setia Misi Membangun Negeri digelar dengan berbagai acara. Salah satunya peluncuran dua buah buku yang mencatat sejarah pengabdian suster CB dari masa ke masa yang ditulis oleh orang-orang berbeda keyakinan atau lintas Publikasi Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster CB Indonesia, Birgitta mengatakan buku tersebut berjudul Berlayar ke Tanah Misi dan Semaian Iman Sebaran Pengabdian. Dalam proses pembuatan dua buku tersebut diawali survei ke tempat yang memiliki nilai sejarah perjalanan suster CB Indonesia dalam mengabdi, contohnya gedung Rumah Sakit Panti Rapih. "Dalam buku Semaian Iman Sebaran Pengabdian ini kami coba menampilkan perspektif lintas iman terhadap pengabdian suster CB dalam sejarah bangsa yang hadir dari masa ke masa. Setiap masa caranya berbeda-beda, setiap masa ada dinamika masing-masing," kata Birgitta seusai acara pembukaan Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB Hadir di Indonesia bertajuk Setia Misi Membangun Negeri di Aula Syantikara, Sabtu 6/10/2018.Pimpinan Suster CB Indonesia, Yustiana Wiwiek Iswanti menambahkan buku berjudul Berlayar ke Tanah Misi menceritakan kisah-kisah suster CB yang ditulis oleh orang-orang berbeda keyakinan yang tergabung dalam Komunitas Penulis Bilik Literasi Solo. Yustiana mengatakan penulisan dengan cara itu akan menghasilkan perspektif yang lebih luas dan umum soal perjalanan pengabdian suster CB di mengatakan salah satu tujuan perayaan 100 Tahun Suster CB di Indonesia adalah memaknai kembali secara baru semangat para pendahulu, yaitu 10 suster yang tiba di Indonesia pada itu sekaligus mengangkat spiritualis Bunda Elisabeth Gruijters yang mengabdi untuk Indonesia hingga menyentuh pinggiran kota di tengah situasi perang, kemiskinan, dan kemerosotan moral."Jadi, karya-karya dalam bidang kesehatan, pendidikan serta sosial pastoral sudah lahir sejak zaman Bunda Elisabeth," kata dari menyelenggarakan rumah perawatan di Batavia Jakarta, karya para suster CB ini pun berkembang dan melahirkan ratusan karya lain di penjuru negeri. Karya-karya itu hadir dengan tetap aktual dan update karena tantangan zaman yang mengatakan bentuk pembaruannya adalah spiritualitas yang diolah menjadi kinerja sehingga dapat terukur dan benar-benar dirasakan oleh yang fisik pun salah satunya bertujuan untuk mengikuti perkembangan zaman. Misalnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan."Pasien itu butuh tempat yang nyaman. Namun bukan berarti tak ada ruang untuk orang miskin. Sejak awal sudah ada alokasi dana untuk mereka, sekolah juga begitu," kata mengatakan saat ini dalam berkarya suster CB berpegang teguh untuk Setia Misi dalam Membangun Negeri. Mereka mengambil bagian dalam situasi aktual yang dihadapi negara yaitu misi yang selaras dengan Nawacita. BACA JUGA Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
MENGABDI sebagai biarawati tidak pernah Zita CB sesali dalam hidupnya. Ia justru sangat bangga memilih jalan hidup untuk melayani banyak orang yang sampai hari ini ia lewati, meski terkadang tantangan menghadang di depan matanya. Meskipun sudah berusia 74 tahun, badannya masih tegap dan kuat membantu sesama di pelosok Indonesia. "Tahun depan, saya sudah mencapai 50 tahun menjadi suster," kata Zita CB yang tak pernah lelah membantu sesama. Sejak 5 tahun lalu, Suster Zita CB berdomisili di Mano, Ruteng, Nusa Tenggara Timur, dengan fokus membantu orang-orang penyandang disabilitas, sakit, maupun kaum lansia. Setiap hari, di usianya yang sudah tidak lagi muda, tanpa mengenal lelah suster kelahiran Yogyakarta ini mengunjungi beberapa orang yang membutuhkan di Kota Mano. Dia harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer dengan berjalan kaki. "Di situ kan dirasa masyarakat perlu perhatian, kami berpegang teguh dengan visi dan misi ingin memuliakan Tuhan," kata Zita CB. Pertolongan yang dilakukan Suster Zita CB kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan dukungan secara morel maupun materi. "Kami mendekati mereka dengan cinta kasih," ungkapnya. Sebelum mengabdi di NTT, Suster Zita CB juga pernah ditempatkan di kota-kota lain, seperti Bandung, Jawa Barat, dan Sorong, Papua. Permasalahan hidup masyarakat yang dibantunya pun beragam, dari masalah ekonomi hingga kesehatan. Bahkan, saat di Sorong, Papua, Zita mengaku ditempatkan pada lingkungan pekerja seks komersial PSK. Namun, tanpa rasa takut, Suster Zita CB mendatangi para PSK dan para germo di lokalisasi dan bar-bar hingga panti pijat plus-plus untuk menyosialisasikan dan mencegah penyebaran HIV/AIDS. "Saat itu kami memang belum menemukan banyak penderita HIV/AIDS, baru satu atau dua orang. Tapi kalau ditelusur, mungkin lebih banyak karena kan saat itu belum diketahui bagaimana penularan, pengobatan, dan pelayanannya," ungkap Zita. Tanpa pertengkaran Untuk bisa membawa mereka ke jalan yang benar tanpa ada pertengkaran, ia mengaku tidak bisa melarang para PSK dan germo ini melakukan hal tersebut, tetapi Zita mencoba mencegahnya dengan pendekatan kasih. "Kami tidak pula mengatakan berdosa, tetapi mengatakan bahwa nanti kami pulang ke Bapak harus bersih, kami juga harus bertobat. Harus dengan kasih untuk mengubah mereka kembali," kata Zita Dari usahanya, banyak beberapa PSK akhirnya bertobat dan berganti mata pencarian, ada juga yang sudah hidup mandiri, bahkan angka penderita HIV/AIDS menurun. Kini di usia tak lagi muda, Suster Zita CB tidak pernah berpikir untuk berhenti menolong sesama. Perempuan yang hobi bercocok tanam dan berternak ini akan terus mengabdi hingga akhir dirinya menutup mata. Wan/M-4
perjalanan suster cb ke indonesia